Pelari Asal Kenya Juara Lomba Lari 10 K
|
Pelari asal Kenya akhirnya keluar sebagai juara lomba lari Jakarta International 10 K yang berlangsung di Taman Silang Monas, Minggu (20/6). Giladys Jepkosei Kwamba (Kenya) berhasil finish paling pertama di kelompok elite internasional putri dengan catatan waktu 33 menit 50 detik. Sedangkan rekan senegaranya, Titus Kwemoi Masai berhasil finish pertama untuk kategori elite internasional putra dengan catatan waktu 28 menit 21 detik. Kedua pelari asal benua Afrika tersebut menguasai jalannya lomba yang dibagi dalam dua kategori putra dan putri yang terdiri dari empat kelompok yakni, elite internasional, nasional, umum, serta pelajar.
Sementara itu, prestasi membanggakan diraih atlet lari nasional, Triyaningsih yang berhasil finish di urutan ketiga untuk kategori elite internasional putri dengan catatan tempuh 34 menit 12 detik. Atas raihannya itu, Triyaningsih berhak atas piala dan hadiah uang sebesar 2.500 US dollar. Sedangkan posisi kedua diraih pelari asal Rusia, Tatian Aryasova.
Di kelompok elite internasional putra, pelari asal Uganda Martin Kityo Toroitch berhasil finish kedua di belakang pelari Titus Kwemoi Masai asal Kenya yang keluar sebagai juara dikategori tersebut. Sedangkan pelari asal Kenya lainnya, Henry Kipsigei Chirchir berhasil finish di urutan ketiga.
Lomba itu sendiri menempuh rute, Taman Silang Monas, Jalan MH Thamrin, Jalan Jenderal Sudirman kemudian berputar di Kampus Unika Atmajaya, kembali melintasi Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan MH Thamrin sebelum akhirnya finish di Taman Silang Monas.
Dalam perlombaan yang digelar dalam rangka HUT ke-483 Kota Jakarta itu, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo berkesempatan secara langsung menyerahkan piala serta hadiah secara simbolis kepada para pemenang.
Fauzi Bowo menyatakan, kebanggaanya atas hasil yang diraih oleh Triyaningsih atlet nasional putri Indonesia. Bahkan Ia berjanji akan menghadiahi uang insentif Rp 500 juta kepada pelari nasional lainnya jika berhasil memecahkan rekor nasional pada penyelenggaraan Jakarta Internasional 10 K di tahun mendatang. "Saya berikan insentif Rp 500 juta dengan syarat bisa pecahkan rekor nasional di penyelenggaraan tahun depan," ujar Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta di hadapan peserta dan penonton
Fauzi menjelaskan event yang digelar untuk ketujuh kalinya ini merupakan cerminan dari tingginya antusiasme masyarakat. Pasalnya, lomba lari itu diakui oleh federasi atletik internasional. Untuk itu, jika ada pemecahan rekor nasional ataupun internasional akan langsung diakui oleh federasi atletik internasional. "Karena rutenya sudah dites terlebih dahulu serta disertifikasi," kata Fauzi Bowo.
Ia pun berharap, ke depan sponsor seperti Nestle Milo Indonesia kembali mau ikut terlibat sehingga lomba ini dapat terselenggara secara berkelanjutan. Karena menurutnya tanpa dukungan sponsor, sulit untuk menggelar kegiatan semacam ini. Di sisi lain, Fauzi mengharapkan, kegiatan Jakarta 10 K dapat ditingkatkan lagi sehingga atlet berprestasi dapat lahir dan muncul dari event ini. "Selain itu atlet nasional juga dapat hadir dan menorehkan prestasinya di lomba ini," tandasnya.
Sekretaris Jenderal Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI), Tigor Tanjung menegaskan, pada penyelenggaraan tahun depan akan tetap mengundang pelari internasional dengan menyesuaikan biaya dan agenda atlet itu sendiri. "Dengan begitu lomba tetap berjalan menarik dan seru serta melahirkan persaingan antara atlet nasional dan internasional,” kata Tigor.
Sementara itu, prestasi membanggakan diraih atlet lari nasional, Triyaningsih yang berhasil finish di urutan ketiga untuk kategori elite internasional putri dengan catatan tempuh 34 menit 12 detik. Atas raihannya itu, Triyaningsih berhak atas piala dan hadiah uang sebesar 2.500 US dollar. Sedangkan posisi kedua diraih pelari asal Rusia, Tatian Aryasova.
Di kelompok elite internasional putra, pelari asal Uganda Martin Kityo Toroitch berhasil finish kedua di belakang pelari Titus Kwemoi Masai asal Kenya yang keluar sebagai juara dikategori tersebut. Sedangkan pelari asal Kenya lainnya, Henry Kipsigei Chirchir berhasil finish di urutan ketiga.
Lomba itu sendiri menempuh rute, Taman Silang Monas, Jalan MH Thamrin, Jalan Jenderal Sudirman kemudian berputar di Kampus Unika Atmajaya, kembali melintasi Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan MH Thamrin sebelum akhirnya finish di Taman Silang Monas.
Dalam perlombaan yang digelar dalam rangka HUT ke-483 Kota Jakarta itu, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo berkesempatan secara langsung menyerahkan piala serta hadiah secara simbolis kepada para pemenang.
Fauzi Bowo menyatakan, kebanggaanya atas hasil yang diraih oleh Triyaningsih atlet nasional putri Indonesia. Bahkan Ia berjanji akan menghadiahi uang insentif Rp 500 juta kepada pelari nasional lainnya jika berhasil memecahkan rekor nasional pada penyelenggaraan Jakarta Internasional 10 K di tahun mendatang. "Saya berikan insentif Rp 500 juta dengan syarat bisa pecahkan rekor nasional di penyelenggaraan tahun depan," ujar Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta di hadapan peserta dan penonton
Fauzi menjelaskan event yang digelar untuk ketujuh kalinya ini merupakan cerminan dari tingginya antusiasme masyarakat. Pasalnya, lomba lari itu diakui oleh federasi atletik internasional. Untuk itu, jika ada pemecahan rekor nasional ataupun internasional akan langsung diakui oleh federasi atletik internasional. "Karena rutenya sudah dites terlebih dahulu serta disertifikasi," kata Fauzi Bowo.
Ia pun berharap, ke depan sponsor seperti Nestle Milo Indonesia kembali mau ikut terlibat sehingga lomba ini dapat terselenggara secara berkelanjutan. Karena menurutnya tanpa dukungan sponsor, sulit untuk menggelar kegiatan semacam ini. Di sisi lain, Fauzi mengharapkan, kegiatan Jakarta 10 K dapat ditingkatkan lagi sehingga atlet berprestasi dapat lahir dan muncul dari event ini. "Selain itu atlet nasional juga dapat hadir dan menorehkan prestasinya di lomba ini," tandasnya.
Sekretaris Jenderal Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI), Tigor Tanjung menegaskan, pada penyelenggaraan tahun depan akan tetap mengundang pelari internasional dengan menyesuaikan biaya dan agenda atlet itu sendiri. "Dengan begitu lomba tetap berjalan menarik dan seru serta melahirkan persaingan antara atlet nasional dan internasional,” kata Tigor.
Reporter: yudha
0 komentar:
Posting Komentar